Friday, April 27, 2007

Ketika Kepemimpinan Langit Harus Dibumikan

(Resensi Buku Membumikan Kepemimpinan Langit:
Panduan Memilih Pemimpin yang Islami karya M. Ridwan Yahya, Lc)


Dalam khazanah Islam term kepemimpinan banyak termuat dalam Kitab Suci Al-Quran dan Al-Hadits. Hal ini menunjukkan bahwa Islam sangat memperhatikan keteraturan dalam kehidupan manusia. Allah SWT memberikan mandat kepemimpinan (Khalifah) kepada manusia yang tercantum dalam Q.S Al Baqoroh:30. Pemimpin dinamakan khalifah oleh karena ia seakan-akan “pengganti” Allah di muka bumi. Dialah yang menjadi “penyambung lidah” langit di muka bumi. Dialah yang mempertemukan antara al-iradah al-ilahiyah (kehendak ketuhanan) dan al-iradah al-basyariah (kehendak dan aspirasi manusia).
Ibnu Taimiyah berkata, bahwa kepemimpinan merupakan salah satu kewajiban agama. Agama tidak akan tegak tanpa kepemimpinan. Manusia tidak akan sempurna kemashlahatannya kecuali dengan persatuan, karena mereka saling membutuhkan satu dengan yang lain. Dan persatuan itu mutlak harus ada pemimpin yang mengelolanya.

Lebih jelas lagi Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah mengarahkan semua orang sesuai dengan konsep syari’at demi kebaikan dunia dan akhirat mereka. Menurut pandangan pembuat syari’at, seluruh kepentingan duniawi harus dinilai dengan kepentingan ukhrawi. Kekuasaan itu pada dasarnya merupakan pengganti dari pemilik legalisasi (Allah) untuk menjaga agama dan melindungi kepentingan dunia.

M. Ridwan Yahya dalam buku Membumikan Kepemimpinan Langit: Panduang Memilih Pemimpin yang Islami menguraikan lebih detail tentang makna dan hakikat kepemimpinan dalam Islam. Pada bagian awal buku ini banyak dijelaskan landasan teologis kepemimpinan dalam perspektif Islam dengan menukil ayat-ayat dan hadits yang terkait dengan kepemimpinan. Dalam bahasa penulis diistilahkan dengan kepemimpinan langit. Landasan normatif dalam Al-Quran dan Hadits oleh penulis dicoba untuk di visualisasikan dengan merekam ulang jejak kepemimpinan Rasulullah dan para khulafaur-rasyidin dalam mengelola pemerintahan Islam saat itu. Kita akan menemukan kesesuaian antara kehendak Ilahiyah yang tertuang dalam kitabullah dengan kehendak manusia yang tercermin dalam pribadi Rosulullah dan para sahabat.

Dalam buku ini banyak dimuat tentang kriteria memilih pemimpin dan contoh-contoh perilaku pemimpin yang patut menjadi panutan dan dipraktekkan oleh para pemimpin bangsa kita sekarang ini. Semangat dan ruh buku ini sangat relevan untuk dihidupkan kembali pada era pemerintahan kita sekarang ini, mengingat banyaknya praktek, kebijakan dan perilaku para pemimpin sudah berada di titik nadir. Buku ini sangat tepat untuk menjadi semacam panduan untuk bisa memilih dan memilah pemimpin bangsa di era mendatang, *AF*

Wednesday, January 24, 2007

UBAHLAH KERUGIAN MENJADI KEUNTUNGAN

DR. AIDH AL-QARNY

Ruh-ruh kami, waha Tuhan Kami,
Berada di atas pundak kami
Kami mengharap balasan-Mu yang berlimpah
dan kedekatan dengan diri-Mu

Ada sebuah nasihat yang menganjurkan agar jangan pernah berputus asa bila kaki Anda tesandung dan jatuh ke dalam lubang yang besar. Yang jelas, Anda pasti akan keluar dari lubang itu dengan kondisi yang lebih kuat. Sesungguhnya Allah selalu bersama orang-orang yang bersabar.

Jangan pernah bersedih bila anak panah yang mematikan datang menyerang dari orang yang sangat dekat dengan hati Anda. Anda pasti akan menemukan orang yang mampu mencabut anak panah dan mengobati luka itu, lalu mengembalikan kehidupan dan senyuman Anda seperti semula.

Jangan sering bernaung di atas gedung reruntuhan, terutama bila sekelompok kelelawar telah menghuninya dan kegelapan telah menghampirinya. Carilah kicauan burung yang menembus cakrawala bersama sinar pagi yang cerah.

Jangan melihat lagi pada lembaran-lembaran yang telah kering dan layu yang telah dirusak oleh penderitaan dan keterasingan, sebab setelah itu anda akan menyingkap bahwa garis-garis penderitaan bukanlah garis nasib terbaik yang ditakdirkan dalam kehhidupan anda. Lembaran-lembaran itu bukanlah akhir dari perjalanan hidup anda. Anda harus membedakan antara orang-orang yang telah meletakkan garis-garis kehidupan diantara kedua matanya dengan orang-orang yang membiarkannya diterbangkan oleh angin. Garis-garis kehidupan bukanlah sekedar pernyataan yang indah, namun perasaan yang mendalam di hati dan dijalani secara bertahap. Tidak ada sesuatupun di dunia ini yang pantas dan berhak mendapatkan walau hanya setetes dari air mata dan darah anda.